Hakekat Kekayaan - Buku Pesugihan Muslim
Kaya itu apa? Yaa benar.. kaya itu
apa? Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku Pesugihan Muslim - Bab I, bahwa hal itu tergantung pada siapa yang ditanya pasti jawabannya berbeda-beda sesuai latar
belakang, status pekerjaan, tingkat umur, jenis kelamin dll..dll.. bahkan orang
kembar ditanya secara terpisah pasti mendefenisikan arti kaya dengan jawaban
yang berbeda.
Masak sih ? iyalah.. sudah kami test
kok dengan rekan kami yang kebetulan orang kembar.. dan jawaban mereka sungguh
berbeda-beda dan kadang tidak nyambung? He.he..
sumber pic : paranormalwanita.com
Kalau menurut sahabat dan saudara-saudaraku kaya itu apa? Kaya yang seperti apa yang dibayangkan? Kaya yang seperti apa yang di inginkan?
Þ
Apakah
kaya itu punya banyak uang?
Þ
Apakah
kaya itu punya banyak harta emas permata?
Þ
Apakah
kaya itu punya banyak mobil?
Þ
Apakah
kaya itu punya banyak perusahaan, punya pesawat dan kapal pesiar?
Þ
Apakah
kaya itu bisa liburan keluar negeri dan umrah tiap tahun?
Þ
Apakah
kaya itu punya banyak rumah, properti, apartemen seperti di sinetron-sinetron?
Mungkin seperti itu ya pikiran para
sahabat dan saudara-saudaraku ini? Semua diukur dengan hitungan harta atau
asset.
Ya tidak salah juga kalau pikirannya
seperti itu, tapi ini ada 2 versi pengertian kaya yaitu versi menurut dunia
atau menurut yang umum telah disepakati oleh manusia-manusia kaya di dunia ini
(versi Majalah Forbes) dan versi menurut ajaran islam.
Versi kaya menurut Majalah Forbes
Menurut Majalah Forbes, Kaya adalah seluruh harta atau asset
yang dimiliki oleh seseorang, sehingga yang bisa disebut dengan “Orang kaya”
adalah mereka yang sekurang-kurangnya mempunyai penghasilan 1 Juta dollar
Amerika setahun.
Jika di kurs-kan dengan mata uang Rupiah, USD 1 =
Rp.12.000,- maka 1 juta dollar Amerika setara dengan Rp.12.000.000.000,- (Dua
Belas Milyar Rupiah).. ini tergantung kurs, jika saat ini US Dollar sedang
menguat diangka Rp.13.000,- per dollar, maka tinggal mengkalikan sendiri saat
ini nilai USD 1 juta berapa Rupiah kursnya? Dengan Penghasilan Rp.12 M setahun
berarti kita punya penghasilan Rp.1 M sebulan, yang berarti juga punya penghasilan bersih Rp.33,3 juta
sehari.
Nah kalo saat ini
diantara Sahabat dan saudara-saudaraku ada yang punya penghasilan setara jumlah
tsb, maka Anda bisa disebut “Orang Kaya.” kalau saat ini penghasilan Anda masih
berkisar diangka Rp.30 juta sehari, maka Anda belum bisa disebut orang kaya?
Ha.ha..
MajalahForbes adalah majalah Keuangan Bergengsi dari USA yang rutin
merilis daftar nama orang-orang terkaya di dunia tiap tahunnya, termasuk daftar
nama orang-orang terkaya di Indonesia. Nggak tau tuh gimana caranya mereka bisa
mendapatkan data keuangan dari tiap-tiap orang terkaya di dunia. Walau mungkin
jumlah angkanya tidak pas sesuai kenyataannya, tapi mereka mengklaim
angka-angka kekayaan tsb mendekati kisaran angka yang tepat.
Terbukti jarang
sekali ada (bahkan mungkin malah tidak ada) komplain dari orang yang namanya
disebut dalam majalah Forbes menuntut atau protes terhadap paparan kekayaan
mereka.
Dan ternyata.. daftar nama orang-orang yang tercantum di
majalah tsb memang benar-benar orang yang kayaaa sekali dengan kekayaan yang
hampir tidak masuk akal, luar biasa banyaknya.
Bahkan saat ini kekayaan orang terkaya di dunia urutan
kedua, Carlos Slim Helúa dari Mexico
sebesar 74 Milyar Dollar adalah diatas dengan APBN Negara Malaysia di tahun
2014 yang diperuntukan 30 juta rakyat negerinya, atau hampir separo dari APBN
Negara Indonesia, yang dana tsb untuk kesejahteraan dan kemakmuran penduduknya
yang berjumlah kurang lebih 240 juta jiwa?
Apa
nggak gilee bener.. masak kekayaan satu orang bisa
sefantastis itu?
Oke lah.. Bagi Allah Swt
tidak ada yang tidak mungkin.. kuncinya adalah ijin dari Allah Swt. Jika Allah Swt telah mengijinkan maka semuanya
akan terjadi.
Begitu juga dikehidupan kita, semua yang terjadi.. apapun
itu.. pasti telah mendapat ijin dari Allah Swt. Jika belum di ijinkan oleh
Allah tentu dengan segala daya kekuatan kita, bahkan seluruh mahluk yang ada
bersatu untuk mengubah apa yang tidak menjadi ketentuan-Nya maka niscaya tidak
akan mengubah apa yang telah menjadi ketetapan Allah Swt.
Contohnya adalah bencana gempa bumi, gunung meletus, Badai
tsunami, angin Tornado dll.. bagaimana kira-kira cara manusia dan mahluk-mahluk
Allah yang lainnya untuk mencegah bencana itu tidak terjadi?
“Katakanlah,siapa yang dapat melindungimu dari takdir Allah jika
Dia hendak memberi bencana atau hendak memberi rahmat kepadamu? Mereka tidak
akan mendapat pelindung atau penolong selain Allah.” (QS Al Ahzab ayat 17)
Dalam buku ilmu Kekakayaan secara Islami – the Pesugihan
Muslim ini akan kami paparkan cara meraih kekayaan seperti orang-orang
terkaya di dunia (Ikhtiar duniawi) tapi tentunya yang sesuai Al Quran dan Hadits
saja yang akan kami jelaskan.
Untuk tingkat keberhasilannya tergantung bagaimana niat dan
cara kita mengaplikasikannya sesuai petunjuk dalam buku ilmu Kekayaan secara Islami yaitu
Pesugihan Muslim ini, karena dibutuhkan waktu dan perjuangan tiada henti, fokus
konsisten pantang menyerah..
Versi kaya sesuai ajaran islam
Adalah sesuai hadits Nabi Muhammad Saw :
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau
memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,”
jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya
harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa.
Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah
kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati
(hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR. Ibnu Hibban)
Nah .. Disini Nabi Muhammad Saw telah menjelaskan bahwa kekayaan sesungguhnya
adalah pada Hati.. jika kita merasa cukup maka kaya lah kita, tapi jika kita
selalu merasa tidak cukup atau tidak puas maka saat itu kita disebut fakir atau
miskin.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda : “Bagi tiap-tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah ummatku
adalah harta” (HR. At Tirmidzi dan Hakim)
Bila kita amati keadaaan umat islam saat ini, banyak kita dapati diantara mereka yang tidak lagi peduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menerangkan hal ini dalam sabdanya :
“Nanti akan datang satu masa; di masa
itu manusia tidak perduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang
halal ataukan dari yang haram” (HR. Al Bukhari).
Orang yang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa dari Allah, seperti disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
“Barangsiapa yang dagingnya tumbuh dari
barang yang haram, maka Neraka itu lebih patut baginya (sebagai tempat).” (HR.
Al Hakim)
Hakekat Kemiskinan
Banyak orang berpendapat bahwa kekayaan bisa membawa
kebahagiaan.. sehingga tujuan hiduppun menjadi berubah, hidup tidak lagi
ditujukan untuk menggapai kebahagiaan tapi hidup digunakan untuk mendapat
kekayaan?
Padahal kekayaan hanyalah salah satu hal yang bisa membuat
hidup lebih bahagia. Bagi seorang muslim, kebahagiaan hidup yang harus dicapai
adalah kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dalam kehidupan di dunia, Allah Swt memberikan kepada
sebagian manusia “kekayaan” dan
memberikan kepada sebagian manusia lainnya “kecukupan.” Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah Swt :
“Dan bahwasannya Dia (Allah Swt) yang memberikan kekayaaan
dan memberikan kecukupan.” (QS An
Najm ayat 48)
Dari ayat tsb dapat ditarik kesimpulan :
-
Bahwa
Allah Swt dengan sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, akan
memberikan rejeki kepada kita berupa “kekayaan” atau “kecukupan”
-
Bahwa
Allah Swt tidak memberikan
“kemiskinan” kepada kita (tidak disinggung dalam ayat tsb tentang kemiskinan)
Apakah maksud ayat tsb? Lalu kenapa ada orang yang miskin?
Sebenarnya hakekat kemiskinan adalah buah dari perasaan
“tidak cukup” atas rejeki Allah Swt yang sebenarnya sudah pas takarannya untuk
mencukupi hidup kita.
Selalu merasa “tidak cukup” adalah salah satu bukti bahwa
kita termasuk orang yang kurang rasa syukur. Jadi sudah seharusnya saat ini
jika kita tidak mempunyai banyak harta kekayaan, kita bisa menyadari bahwa yang
kita miliki sekarang ini adalah sebuah “kecukupan” dari Allah Swt.
Hal ini ditegaskan Allah Swt, bahwa apa yang diberikan
kepada kita adalah sesuai “ukuran” yang pantas kita terima.
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada
hamba-hamba-Nya mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat “ (QS Asy-syura ayat 27)
Jika saat ini kita sudah usaha dan kita belum kaya berarti kita masih dianggap belum pantas, belum pas, belum sesuai dengan kreteria-Nya. Bisa juga dianggap bahwa kita belum mampu menanggung/memikul kekayaan tsb? Karena dikuatirkan jika kekayaan itu diberikan saat ini (disaat kita belum siap menerimanya) maka kita malah akan kebablasan dan melakukan perbuatan yang melampaui batas?
Oleh karena itu pantaskanlah diri kita dahulu agar kita siap menerima karunia Allah Swt berupa kekayaan, baik lahir, batin dan media atau sarananya.
Diluar orang yang kaya dan orang yang kecukupan, ternyata memang ada orang tidak berkecukupan (sedikit harta) inilah yang biasa kita sebut dengan orang miskin.
Secara kenyataan dia tidak mampu “merasa cukup” karena kurangnya harta (padahal hal ini sudah ditakar/diukur oleh Allah Swt akan cukup baginya). Oleh karena itu oleh Nabi Muhammad Saw dijelaskan dalam hadits beliau :
Orang miskin itu bukanlah mereka yang
berkeliling minta-minta kepada orang lain, kemudian dia diberi sesuap atau dua
suap makanan dan satu dua butir kurma. Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah
(kalau begitu) siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau Rasulullah Saw menjawab, “mereka adalah orang
yang hidupnya tidak berkucukupan dan tidak punya kepandaian untuk itu, lalu dia
diberi shodaqoh dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang
lain (shahih Bukhori & Sunan Abu dawud)
Sedangkan yang dimaksud kaum Dhu’afa berbeda dengan orang miskin, Dhu’afa artinya adalah orang-orang yang lemah, klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya. Ada hadits Nabi Saw yang menerangkan, jika kita mau menolong kaum dhu’afa maka kita akan diberi balasan rezeki.
“Tidaklah
kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena
orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. al-Bukhari)
Dalam kitab Tafsir
Surat Yasin karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah terdapat
hadits dalam nukilkan kisah sahabat Nabi Muhammad Saw yang bernama ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu
‘anhu.
Suatu hari ‘Umar mendatangi rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau sedang tidur di atas
dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di
lambung beliau. Tatkala ‘Umar melihat hal itu, maka ia pun menangis. Nabi yang
melihat ‘Umar menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai
‘Umar?”
‘Umar menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan
nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau dalam keadaan
seperti ini?”
Nabi pun berkata, “Wahai ‘Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum
yang Allah segerakan kenikmatan di kehidupan dunia mereka.”
Hadits di atas menunjukkan betapa perhatian ‘Umar kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak tega, hingga menangis
melihat kondisi Nabi yang terlihat susah, sedangkan orang-orang kafir hidup di
dalam kenikmatan dunia.
Di dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa orang-orang
kafir disegerakan nikmatnya oleh Allah di dunia, dan boleh jadi itu adalah istidraj
dari Allah. Namun apabila mereka mati kelak, sungguh adzab yang Allah berikan
sangatlah pedih. Dan adzab itu semakin bertambah tatkala mereka terus berada di
dalam kedurhakaan kepada Allah ta’ala.
No comments:
Post a Comment